[iklan-produk] Artikel: Kami Yang Tidak Lagi Berdoa...

 

Awalnya rumah tanggaku adalah rumah tangga yang indah. Aku memiliki istri yang cantik dan 3 anak yang rupawan, siapapun mudah merasa iri dengan keindahan rumah tanggaku. Segala sesuatunya berjalan dengan baik seiring dengan usahaku yang semakin hari semakin melesat meraup keuntungan besar.
 
Waktu pun berjalan bersama dengan limpah materi yang mengalir, hal itu tidak membuat silau diriku, sayangnya, hal itulah yang justru membuat istriku semakin hari semakin berubah. Semua barang-barang ber-merek, dari peralatan di rumah, mobil, tas, baju, sepatu, tampak telah mengubah istriku.

Waktu berkumpul bersama menonton di ruang TV sudah tidak ada lagi, karena setiap kamar kini sudah dipasang TV. Waktu makan bersama selalu dilewati dengan diam dan terburu-buru, di pagi hari, istriku telah memiliki setumpuk kegiatan bersama teman-temannya, sedangkan di malam hari, ia sibuk berkomunikasi dengan teman-temannya ataupun belanja online.

Perbincanganku dan istriku pun kini mulai berubah. Awalnya kami lebih sering berbicara tentang bagaimana memajukan bisnis kami, atau membahas tentang anak-anak ataupun tentang hubungan kami. Namun sekarang, kami lebih sering membahas tentang nama-nama benda beserta merek-merek-nya. Kemudian, kami akan berbicara tentang harga dan jumlah-jumlah uang. Sebenarnya, aku juga yang mulanya memulai pembicaraan-pembicaraan seperti itu; namun sekarang aku melihat bahwa komunikasiku dengan istriku hanya berputar-putar sekitar benda dan uang. Jika membicarakan perihal anak-anak, istriku akan selalu menunjukkan ketidak-tertarikannya akan topik itu.
 
Aku dapat bertoleransi pada istriku mengenai kegembiraannya bergelimang materi, tentu itu pula kebangganku sebagai suaminya. Namun suatu hari aku menjadi marah pada istriku, sebab ketika si bungsu demam, ia lebih asyik chatting dengan teman-temannya mengenai merek-merek tas baru daripada mengurus anak kami yang sakit.

"Elis itu sudah demam dan sampai muntah, ma. Kau tidak bawa dia ke rumah sakit?" Tanyaku pada istriku.

"Kau sendiri, ayahnya? Mengapa bukan kau yang membawanya ke rumah sakit?" Tangkis istriku.

"Aku baru saja tiba dari Singapur. Kau kan yang ada di rumah, kau harusnya luangkan waktu untuk melihat keadaan anak-anak." Kataku sengit.

"Sakit begitu biasanya cepat sembuh kalau sudah makan bubur, si mbok juga sudah tahu bagaimana menjaga anak-anak. Sudah, tidak usah terlalu dipikirkan, tidak usah diperpanjang!" Kembali istriku menjawab.

Aku memang tidak memperpanjang pertengkaranku dengan istriku, namun aku bergegas pergi ke kamar anakku dan mendapatkannya sedang demam tinggi. Segera kularikan Elis ke rumah sakit. Anakku terpaksa harus menjalani rawat inap dengan dipasangkan selang-selang infus.
 
Pagi hari di rumah sakit, anakku menjalankan pemeriksaan darah. Ada berbagai macam dugaan penyakit yang diidapnya, namun dokter belum bisa memastikannya dan Elis hanya mendapatkan obat penurun demam dan beberapa obat prosedural lainnya. Sore hari, demam anakku kembali naik. Dia menggigil dan memegangi tanganku.

"Jangan pergi kemana-mana ya, papa." Kata anakku lemah.

"Tidak sayang, papa akan tetap di sini. Papa akan temani Elis sampai sembuh." Kataku sambil tersenyum. Aku harus tersenyum untuk menghibur bungsuku.

"Elis mau cepat sembuh?" Tanyaku. Elis tidak menjawab, ia hanya memandangiku saja.

"Yuk, kita berdoa..." Ajakku. Berdoa adalah kegiatan bersama keluarga kecil kami… Sayangnya kegiatan itu telah berhenti sejak 2 tahun yang lalu. Tepatnya, sejak usahaku memenangkan tender besar berturut-turut. Tiba-tiba aku terhenyak! Oh! sudah lama sekali kami tidak berdoa bersama.

"Elis saja yang berdoa ya, Pa." Tiba-tiba suara Elis membuyarkan pikiranku. Elis, bungsuku itu, dari dulu memang paling senang jika disuruh berdoa. Dan kini, bahkan di saat sakitnya pun, ia masih bersemangat berdoa.

"Tuhan… Sekarang ini keluarga Elis tidak seperti dulu lagi. Mama Elis hanya sibuk menghitung uang dan benda-benda yang berserakan di rumah. Elis mau sembuh, tapi Tuhan harus kembalikan keluarga Elis. Kalau tidak.., lebih baik Tuhan bawa saja Elis ke Surga. Oh, tapi Elis masih senang, ternyata papa Elis masih sayang sama Elis, masih mau jagain Elis. Hhhmm, kalau Elis pergi, papa pasti sedih ya Tuhan. Yah! Sembuhkan saja Elis, Tuhan. Biar papa tidak sedih. Elis sayang sama papa, tapi Elis kangen sama kami semua yang dulu. Kabulkan doa Elis, ya Tuhan."

Lalu Elis terdiam, dia seperti bingung hendak berkata apa lagi. Saat ia berdoa, terasa demamnya mulai naik... Dan tiba-tiba dari belakangku kudengar istriku menangis meraung-raung, ternyata saat Elis berdoa, ia telah berdiri di dekat pintu. "Maafkan mama, Elis! Maafkan mama, Elis!!! Mama sayang Elis!!!" Teriak istriku.

Aku terdiam kaku. Dulu, kami sering berdoa bersama mendoakan keberhasilan usaha kami... Namun, setelah usaha kami berhasil, kami kehilangan doa bersama kami dan kehilangan kebersamaan kami. Ya Tuhan! Ampunilah kesalahan dan keserakahan kami…
 
Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo Advance Education Center - Kursus Kecerdasan Pribadi Pertama di Indonesia untuk usia 2 s.d 19 tahun

Pre-School untuk usia 2 s.d 6 tahun, dengan konsep interaksi penuh dengan murid: www.juniory-pre-school.blogspot.com

FB fanpage: @ Yacinta Senduk



=> Member Status: JUNIOR - Joined Iklan-Produk @ 11 Oct 2011

----------------------------------------------------------------------------
Milis Jual Beli Info Konsumen

Facebook ... http://www.facebook.com/toserba.indonesia
Forum ......... http://groups.yahoo.com/group/iklan-produk
----------------------------------------------------------------------------

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment

Featured Content